
SURABAYA || PINTAR INDONESIA – Tim Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) Universitas Negeri Surabaya (Unesa) kembali menunjukkan bukti kebermanfaatan ilmu kepada masyarakat luas.
Kali ini, Tim PKM Unesa yang dipimpin oleh Rosa Prafitri Juniarti, S.E., M.S.M. dengan anggota Fandi Fatoni, S.Pd., M.M. dan Rendra Lebdoyono, S.T.P., M.Sc. merumuskan solusi berbasis inovasi teknologi dan pemberdayaan untuk membantu petani durian di Madiun.
Tim PKM Unesa hadir di Desa Suluk di Kecamatan Dolopo, Kabupaten Madiun yang selama ini dikenal sebagai salah satu sentra durian unggulan di Jawa Timur.
Berbagai varietas lokal, seperti Montong, Bido, hingga Bawor, tumbuh subur di perkebunan yang luasnya mencapai seratus hektare.
Ketua Tim PKM Unesa, Rosa Prafitri Juniarti, S.E., M.S.M. menuturkan, Festival Tumpeng Durian yang rutin digelar bahkan menjadi daya tarik wisata yang mendorong perputaran ekonomi warga. Namun, keberhasilan tersebut sempat terganggu oleh anomali iklim.
“Pada musim panen 2024, curah hujan tinggi menyebabkan kualitas buah menurun drastis: banyak durian matang namun hambar rasanya. Kondisi ini tentu merugikan petani, karena hasil panen tidak dapat dijual dengan harga layak,” tutur Rosa, Senin, (22/09/25).
Untuk itu, lanjut Rosa, kelompok Tani “Lestari” sebagai mitra diajak mengembangkan strategi diversifikasi produk durian agar nilai ekonominya tetap terjaga.
Inovasi utama yang dihadirkan adalah Mesin Ekstraktor Durian yang mampu memisahkan daging dan biji secara higienis dengan kapasitas 40 kilogram per proses, serta Mesin Perajang Biji Durian Horizontal berkapasitas 200 kilogram per jam.
Kedua mesin ini bukan hanya mempercepat produksi, tetapi juga membuka peluang pengolahan lanjutan, daging durian hambar dapat dijadikan dodol atau bahan es krim, sementara bijinya diolah menjadi keripik bernilai jual tinggi.
“Selain solusi teknologi, aspek manajemen juga mendapat perhatian,” terangnya.
Melalui serangkaian pelatihan intensif, anggota kelompok tani kini mampu merancang strategi pemasaran berbasis digital. Jika sebelumnya hanya segelintir petani memahami cara menjual lewat forum daring, kini mayoritas anggota telah menguasai teknik segmentasi pasar, branding produk, serta pemasaran melalui Instagram, Shopee, hingga WhatsApp Business.
Perubahan ini menjadi langkah penting agar produk olahan durian Desa Suluk dapat dikenal lebih luas, tidak hanya di lingkup lokal, tetapi juga berpotensi menembus pasar nasional.
Program ini bukan hanya menjawab tantangan gagal panen, melainkan juga mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), antara lain SDG 2 (Tanpa Kelaparan), SDG 8 (Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi), serta SDG 12 (Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab).
“Dengan pendekatan zero waste, limbah durian yang selama ini terbuang kini dapat diolah menjadi sumber pendapatan baru,” ungkap Rosa.
Tim PKM dan mitra kelompok tani Lestari mengucapkan penghargaan setinggi-tingginya kepada Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DPPM), Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, yang telah mendanai kegiatan ini pada tahun 2025. Dukungan tersebut menjadi bukti nyata komitmen dalam memperkuat program pengabdian berbasis wilayah. (*)
- Pewarta : Saputra Wijaya
- Foto : Istimewa
- Penerbit : Rizal IT