
SURABAYA || PINTAR INDONESIA – Pemuda inspiratif Sahil Jha asal Negara India melakukan perjalanan ekstrem dengan bersepeda keliling dunia hanya untuk menyuarakan satu misi penting tentang krisis degradasi tanah yang semakin mendesak.
Dia adalah pemuda inspiratif Sahil Jha berusia 19 tahun yang telah menorehkan sejarah dengan menempuh perjalanan sejauh 20.000 kilometer menggunakan sepeda dengan melintasi 20 negara dan 4 benua termasuk di Indonesia.
Dalam kesempatan kunjungan di Kota Surabaya, Sahil Jha mengadakan acara sharing session pada Selasa, (10/06/25) di Spins School Surabaya untuk berbagi cerita inspiratif dan mengajak generasi muda ikut ambil bagian menyelamatkan bumi.
Menariknya, selain disambut baik oleh Konsul Kehormatan India di Surabaya, Manoj Bhat, Sahil Jha juga disambut Puteri Remaja Jawa Timur Lingkungan 2025 Regina Ellana Go.
Regina Ellana Go mengaku kagum dan mengapresiasi aksi luar biasa yang telah dilakukan Sahil Jha sebagai seorang pemuda untuk turut ambil bagian penting dalam melestarikan lingkungan dan menjaga bumi dengan bersepeda keliling dunia.
“Kehadiran Sahil Jha di Surabaya ini suatu kehomatan bagi kita semua anak anak muda Indonesia. Khususnya siswa siswi Spins School Surabaya,” kata Regina, Selasa, (10/06/25).
Menurut siswi kelas 10 di Spins School Surabaya ini, meskipun terbilang masih muda namun Sahil Jha berani menujukkan kepedulian terhadap lingkungan dengan melakukan perjalanan ekstrem bersepeda hingga menempuh sejauh 20.000 kilometer mengelilingi berbagai Negara termasuk Indonesia.
“Aksi Sahil Jha ini bisa menjadi motivasi bagi kita semua anak muda untuk terus berani menyuarakan dan melakukan aksi positif meskipun kecil di lingkungan sekitar demi keberlangsungan alam,” terangnya.
Sebagai Puteri Remaja Jawa Timur Lingkungan 2025, Regina akan turut ambil bagian dalam pelestarian lingkuan dan menjaga bumi seperti yang sedang disuarakan oleh Sahil Jha dengan langkah kecilnya bersama teman teman di sekolah.
Disinggung terkait praktik penambangan nikel di kawasan konservasi Raja Ampat di Ppau Barat, remaja asal Surabaya ini secara terbuka menyatakan penolakannya terhadap aktivitas tambang di Raja Ampat.
“Saya tidak setuju Raja Ampat dijadikan lokasi tambang. Itu kawasan alam yang unik dan tak tergantikan. Kalau terus ditambang, lama-lama hilang dan hanya tinggal cerita,” ungkap Regina dengan mimik sedih melihat kondisi wisata Raja Ampat saat ini. (*)
- Pewarta : Saputra Wijaya
- Foto : Istimewa ( Kak Tulus)
- Penerbit ; Ronie Dwito