
SURABAYA || PINTAR INDONESIA – Ajang pertemuan budaya global “International Cultural Festival (ICF)” kembali diselenggarakan Universitas Negeri Surabaya (Unesa) pada Jumat, (03/10/25) di Graha Sawunggaling.
Ratusan peserta dari kalangan mahasiswa dan pelajar turut hadir memeriahkan International Cultural Festival (ICF) 2025 yang melibatkan mahasiswa dari 21 negara.
Mengusung tema “Harmony for Peace and Equality”, International Cultural Festival (ICF) 2025 ini bertujuan untuk mempererat hubungan antarbudaya di lingkungan kampus serta mendukung program internasionalisasi Unesa.
Wakil Rektor IV Unesa, Dwi Cahyo Kartiko menuturkan bahwa, festival budaya internasional ini menjadi sarana pendidikan dan jembatan pertemuan budaya global. Sehingga, mahasiswa dari berbagai negara dapat saling mengenal dan memahami keragaman budaya dunia.
“Selain itu, juga untuk menumbuhkan rasa bangga, respect, dan semangat merawat keberagaman,” tutur Cahyo Guru besar Fakultas Ilmu Keolahragaan dan Kesehatan (FIKK).
Saat ini, lanjut Cahyo, Unesa memiliki 56 mahasiswa asing untuk program degree dan sekitar 380 mahasiswa yang mengikuti program mobilitas akademik. Dimana, kehadiran mereka memperkaya atmosfer internasional di kampus Unesa.
Ditempat yang sama, Direktur Urusan Internasional, Asrori menambahkan, festival ini sebagai wadah bagi warga internasional di Surabaya untuk menampilkan budaya negaranya melalui berbagai kegiatan, mulai dari fashion, parade, kuis, hingga program budaya lainnya.
“Kegiatan ini dimaksudkan bukan hanya memperkenalkan keberadaan mahasiswa asing di Unesa kepada mahasiswa lokal, tetapi juga sebagai upaya promosi budaya global agar sama-sama bisa saling memahami,” terang Asrori.
Erlin Puspitasari selaku East Java Regional Outreach Manager British Embassy Jakarta atau Kedutaan Besar Inggris yang juga hadir menyampaikan kekagumannya terhadap festival budaya internasional Unesa.
“ICF mengingatkan bahwa budaya bukan sekadar tradisi atau sejarah, melainkan sebuah koneksi layaknya jaringan yang kokoh dari keberagaman. Kami yakin pertukaran ini tidak hanya bermanfaat secara individu tetapi juga membawa dampak positif di level internasional,” pungkas Erlin.
ICF 2025 ini menjadi ajang pertukaran budaya yang tak hanya edukatif, tetapi juga menghibur. Serta, bukan hanya menjadi ruang unjuk diri bagi budaya internasional, tetapi juga wadah afirmasi bagi budaya lokal di tengah keberagaman.
Untuk memeriahkan acara, Unesa juga menghadirkan beragam booth mulai dari kursus Bahasa Korea, booth organisasi pertukaran budaya Indonesia-Australia (AIYA), booth BIPA, booth pengenalan Bahasa China (Confucius Institute), hingga booth pengenalan Bahasa Prancis.
Para pengunjung bebas menjelajahi kekayaan budaya dan bahasa dari berbagai negara. Sehingga, acara ini menjadi bukti nyata bahwa interaksi lintas budaya bisa berlangsung harmonis dan selaras. (*)
- Pewarta : Saputra Wijaya
- Foto : Saputra
- Penerbit : Ronie Dwito